Kamis, 24 Desember 2009

Awalnya dikira tsunami, Dua Desa Disapu Ombak Beberapa Kafe dan Rumah Hancur

 
(Foto Setelah Terjangan ombak menghantam beberapa cafe yang berada di tepi pantai)


Mempawah. Gulungan ombak setinggi empat meter disertai angin kencang dari arah laut Cina Selatan menyapu pesisir Pantai Utara Kecamatan Mempawah Hilir. Bangunan dua desa, Penibung dan Malikian hancur porak-poranda, Senin dini hari (22/11). Terjangan ombak yang mengganas tersebut mengakibatkan 35 bangunan kafe dan dua rumah penduduk di salah satu lokasi wisata Ancol Mempawah luluh lantak. Walau tidak ada korban jiwa, namun kerugian diperkirakan ratusan juta rupiah.

Saat kejadian, warga yang berada di pinggir pantai dibuat panik. Pada saat terjadi tiupan angin kencang, kebanyakan warga masih tertidur lelap. “saya terbangun dan mendengar suara gemuruh ombak dari laut. Saya memberanikan diri mengintip dari jendela rumah. Awalnya dikira tsunami,” kata Ketua Rt 03 Rw 01 Dusun Bugis Desa Sengkubang, Jamaluddin yang rumahnya tak jauh dari lokasi kejadian ditemui Equator.

Jamaluddin langsung membangunkan istri dan anak-anaknya. Suasana dini hari tersebut benar-benar mencekam. Bagaimana tidak, tingginya gelombang laut yang diperkirakan mencapai tiga hingga empat meter lebih. Sapuan angin juga begitu kuat.
Warga yang tinggal di dekat jalan raya antar kota dalam provinsi tak pelak berhamburan keluar. Sebagian ada yang mengevakuasi keluarganya kerumah keluarga yang aman dan sebagian lagi menunggu rumah mereka sambil tetap waspada.
Tak hanya Jamaludin, Warga Setempat Ardiansyah, juga mengatakan hal yang sama. “Suara gemuruh ombak dan anginnya sangat menakutkan. Suaranya terdengar sangat jelas, padahal kamar tidur saya tidak ada pentelasinya. Hanya dalam hitungan detik, ombak besar dan angin kencang itu menghantam balok pemecah ombak hingga menimbulkan suara hempasan yang kuat,” kenang pria yang juga anak pemilik Pondok Makan Sengkubang ini.


Pada saat kuatnya terjangan angin dan tingginya gelombang laut, warga yang rumah serta cafe-nya rusak diterjang angin, hanya bisa pasrah. Sebab saat kejadian, pemilik kafe pilih menyelamatkan diri. Mereka membiarkan bangunan miliknya yang berada di pinggir pantai ambruk dengan bagian atap dan dinding beterbangan. Tak pelak sebagian bangunan cafe yang berada di pingir pantai tersebut tenggelam di laut. Tersisa hanya pancang kayu bangunan. Sementara sebagian lagi walau terlihat masih berdiri kokoh, namun mengalami rusak parah.
Hempasan gelombang dan tiupan angin kencang tersebut baru reda sekitar pukul 05.00. walau agak reda, tiupan angin tersebut masih terasa cukup kuat hingga pagi harinya.
Setelah melihat kemungkinan buruk telah berlalu, sejumlah warga dan pemilik kafe mulai memberanikan diri mengemasi barang-barangnya. Pemilik kafe dibantu warga setempat hanya bisa tertunduk lesu mengumpulkan kayu puing bangunan dan barang-barang dagangan yang masih dapat dipergunakannya.“Saya tidak menyangka begini akibatnya. Terjangan angin dan gelombang cukup kuat,” ujar kenang Ardiansyah.


Camat Mempawah Hilir, Drs Suwanda MSi didampingi Kades Sengkubang, Bachtiar turun langsung kelapangan untuk melihat kerusakan bangunan kafe dan rumah warga akibat sapuan ombak dan angin kencang tersebut. “Kami akan melakukan pendataan terhadap bangunan kafe dan rumah warga yang rusak. Selanjutnya, data itu akan disampaikan kepada bupati untuk ditindaklanjuti. Secara lisan, kejadian ini sudah saya sampaikan kepada Wakil Bupati Pontianak,” kata Suwanda. Sapuan ombak dan angin kencang yang menyebabkan sedikitnya 35 bangunan kafe porak-poranda dan dua bangunan rumah mengalami rusak berat. Untuk Desa Panibung, sedikitnya delapan buah pondok lesehan Kafe Natuna hancur terjang ombak dan angin kencang. Sedangkan, di Desa Sengkubang yang bersebelahan dengan Desa Penibung, 27 bangunan kafe yang beroperasi di desa hancur dan menyisakan puing. Sementara dua buah rumah di desa tersebut mengalami rusak berat.


Angin kencang dan gulungan ombak tidak hanya menghantam pseisir pantai desa Desa Penibung dan Sengkubang. Beberapa hari sebelumnya, terjangan gelombang dan angin telah menghancurkan perahu nelayan yang ada di Desa Pasir Kecamatan Mempawah Hilir. Sebanyak 7 perahu yang sandar di muara parit desa Pasir, mengalami rusak berat. Sementara belasan perahu lainnya butuh dana besar untuk dilakukan perbaikan.
Nelayan Desa Pasir tidak bisa melanjutkan usahanya untuk sementara waktu. Sebab, puluhan perahu yang diikat di muara parit saring berbenturan saat terjadi terjangan angin dan gelombang. “Selain perahu, peralatan menangkap ikan nelayan yang ada di dalam perahu, tidak dapat dipergunakan lagi karena megalami rusak parah,” terang Kepala Seksi Pembangunan Desa Pasir Zainal Zalil ditemui pagi kemarin di Desa Pasir.


Warning

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak telah mengeluarkan peringatan tentang bahaya ini. Intensitas curah hujan saat ini di Kalbar di atas normal, berkisar antara 350 hingga 400 milimeter. Banjir dan angin Puting Beliung masih berpotensi terjadi di beberapa daerah.

Kecepatan angin mencapai 10 hingga 15 knot. Ada beberapa daerah yang memiliki intensitas curah hujan paling tinggi berkisar antara, 400 hingga 450 mm seperti Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Sintang, Sambas, Bengkayang dan Sanggau.
“Potensi gelombang tinggi, lanjutnya, berkisar antara 2 hingga 3 meter yang sewaktu-waktu bisa terjadi di Laut Cina Selatan, perairan Sambas dan perairan bagian Utara Kalbar,” ujar Kasi Observasi dan Informasi, BMKG Supadio Pontianak, Giri Darmoko kepada Equator, Jumat (20/11) lalu.


Sumber : BPSPL PONTIANAK   dan http://www.equator-news.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar